Jika Dinilai dengan Uang, Berapa Milyarkah Harga Angota Tubuh Dan Kesehatan Kita?

Saat wabah melanda kondisi perekonomian turut terdampak sehingga menyebabkan daya beli masyarakat jadi menurun. Begitu juga dengan kebiasaan penggunaan alat transportasi untuk kebutuhan sehari-hari saat ini orang lebih memilih menggunakan kendaraan pribadinya. Sebelumnya orang lebih suka menggunakan taxi online dengan alasan harga yang murah, praktis dan tidak perlu bingung untuk mencari tempat parkir tapi sekarang kondisi berubah, orderan jadi sepi hal ini sangat kami rasakan sebagai  pengemudi online. Tentu saja orang akan lebih mementingkan kebutuhan pokok untuk makan sehari-hari supaya bisa cukup dan yang terpenting bisa tetap sehat dalam kondisi wabah seperti ini. Akhirnya buat kami orderan yang masih bisa diharapkan ya hanya seputar rumah sakit. Meski pun protokol kesehatan harus diterapkan sedemikian ketat saat melayani penumpang kami. 

Terkadang saking seringnya stand by ditempat yang sama saya sering sekali mendapatkan orderan dari orang - orang yang sama, itu-itu saja penumpang saya. Pasien pasien yang kontrol dua sampai tiga kali seminggu ke rumah sakit. Salah satu penumpang saya adalah seorang bapak yang cukup berumur sebut saja Pak Wayan. Beliau kontrol seminggu dua kali untuk Hemodialisa (cuci darah) karena menderita gagal ginjal. Kegiatan itu rutin dilakukan Pak Wayan dua kali seminggu hukumnya wajib nggak boleh absen. Kalau sampai terlewatkan tubuh akan terasa tidak enak dan juga berbahaya karena akan ada zat yang menumpuk dan harus dikeluarkan dari tubuh, satu-satunya cara adalah dengan prosedur cuci darah. Jadi beliau rutin menjalani proses yang tidak nyaman itu selama dua tahun ini dan akan terus dilakukan sampai seumur hidup beliau.

Penumpang saya yang rutin cuci darah tidak hanya Pak Wayan saja masih ada beberapa orang lagi dengan keluhan, derita dan curhatan yang membuat saya ikut merasakan sakit dan pilu saat mendengar cerita dan kisah hidup mereka ke saya. Kalau membayangkan itu semua saya jadi bersyukur Tuhan masih memberikan kesehatan dan rejeki yang cukup ke saya.

Suatu ketika saya pernah mendapatkan orderan dari seorang gadis cantik yang hendak pulang kampung ke tempat asalnya di Surabaya. Dia mau naik bis menuju terminal Mengwi dari tempat tinggalnya sekarang di Renon. Setelah berada dalam mobil saya pun tau bahwa dia adalah seorang mahasiswi yang sedang menempuh kuliah di Denpasar. Saya melihat di telinganya menempel suatu alat yang saya pikir adalah headseat atau earphone. 
"Suka dengerin lagu apa Mbak" tanya saya 
"Macam-macam sih Mas, emang kenapa? Tanya Mbak Vivi
"Oh enggak Mbak, cuma nanya aja karena Mbak Vivi pakai headset pasti suka dengerin musik" jawab saya kemudian
"Ini bukan headset untuk dengerin musik mas, yang saya pakai adalah alat bantu dengar karena saya adalah tuna rungu jadi harus pakai alat ini supaya bisa dengar kalau ada orang ngomong" kata penumpang saya. 
" Nanti kalau tiba-tiba saya nggak jawab jangan marah ya mas, kadang-kadang saya lepas alat ini kalau telinga saya lagi capek" sambung dia lagi.
"Oh, ok mbak" jawab saya.

Saat tiga bulan pertama kerja saya juga pernah mendapatkan order 3 orang penumpang tuna netra yang dipesankan oleh teman mereka. Dengan tongkat penunjuk arah, mereka berjalan menuju mobil sambil salah satunya saya tuntun dan saya bukakan pintu mobilnya. Dalam perjalanan ternyata mereka ramah sekali dan banyak menanyakan tentang kemajuan teknologi saat ini termasuk teknologi taksi online. Mereka sangat kagum dengan cara kerja taksi online yang menggunakan aplikasi di handphone, praktis dan driver bisa datang dengan cepat. Bahkan seandainya suatu saat beliau diberi karunia untuk dapat melihat dunia kembali dia pengen mencoba menjadi driver taxi online, pasti seru, komentar beliau. Saya hanya tersenyum dan mengiyakan ucapan beliau. 

Setelah asyik ngobrol akhirnya kita sampai juga tepat di rumah dengan nomor sesuai aplikasi. Tak lupa saya membukakan pintu dan mereka mengucapkan terima kasih karena saya telah mengantar mereka sampai ke tempat tinggalnya. Saat saya kembali berada dalam mobil pikiran saya masih terbayang akan mereka yang tidak bisa melihat. Saya jadi malu pada diri saya sendiri karena saya punya 5 indera yang lengkap dan kesehatan yang cukup baik. Tapi kadang-kadang kita kurang bersyukur dan selalu mengeluh akan hidup kita serta kekurangan-kekurangan yang kita miliki tanpa melihat dan mensyukuri karunia dan berkat yang diberikan Tuhan pada kita. Jika dinilai dengan uang berapa milyarkah harga harga anggota tubuh dan kesehatan kita?







Komentar

Postingan populer dari blog ini

Terjadi KDRT di Mobil Saya

Do Yo Want Some Bintang?

Penumpang dari Manakah yang paling Royal Tip?