Corona dan Pengemudi Taxi Online

Virus Corona menjadi momok yang menakutkan bagi siapapun yang hidup di muka bumi di tahun 2020 ini. Betapa tidak, Covid 19 atau virus Corona telah memakan korban hingga jutaan orang dari berbagai negara. Selain banyak korban yang meninggal, Corona juga menyisakan dampak ekonomi yang buruk hingga menyebabkan resesi banyak negara di berbagai belahan dunia. Aktivitas lock down di berbagai kota di dunia untuk mengurangi penyebaran virus mengakibatkan macetnya perekonomian. Hampir Semua orang terkena dampak begitu juga dengan kami pengemudi taxi online. Saat kondisi normal kita bisa bertahan hidup dengan pendapatan dari hasil kerja keras dari pagi sampai malam. Tetapi dengan adanya Corona, mobilitas orang sangat dibatasi demi kesehatan serta untuk mencegah penularan virus mematikan ini. Akibatnya driver jarang sekali mendapatkan orderan, bahkan pernah di hari Sabtu dan Minggu saya online aplikasi dari pagi sampai malam tapi tak ada satupun orderan yang masuk. Dua hari berturut-turut tak ada satupun orderan. Padahal sebelum ada virus Corona hari Sabtu dan Minggu adalah saat puncaknya orderan karena weekend semua orang jalan ke mall atau tempat-tempat rekreasi yang lain. Saat weekday masih lumayan meski seharian kadang kita dapat satu sampai empat saja orderan masuk.  Satu demi satu driver yang masih punya cicilan menjual mobilnya untuk mendapatkan uang supaya bisa sekedar bertahan hidup. 

Mungkin Bali adalah satu daerah yang cukup parah terdampak akibat virus mematikan ini. Bali adalah daerah turis yang sangat mengandalkan kunjungan wisatawan. Begitu tidak ada turis yang berkunjung maka beberapa tempat usaha seperti hotel, travel agent, restoran dan pusat oleh-oleh akhirnya menutup tempat usahanya. Akibatnya banyak karyawan yang terpaksa dirumahkan tanpa diberi pesangon. Saya dengar cerita dari teman bahwa sudah beberapa bulan dia dirumahkan. Ada cerita lagi dari teman yang bekerja di salah satu hotel berbintang 5 di daerah Seminyak. Saat berkunjung ke tempat saya, saya pun iseng bertanya berapa persen tingkat okupansi di hotelnya saat ini. Dia menjawab 0%, itu berarti tak ada satu pun tamu yang menginap. Bisa dibayangkan kerugian yang diderita oleh pemilik hotel itu jika terus-menerus tidak ada tamu yang menginap. Hotel sekelas bintang 5 memiliki puluhan bahkan ratusan kamar yang harus dimantain dan dirawat rutin. Hal tersebut jelas memerlukan biaya yang tidak sedikit.  Para pelaku usaha tersebut seakan sedang memakan buah simalakama. Saat menutup usaha mereka menderita kerugian, di satu sisi jika mereka buka pendapatan bisa tak sesuai untuk menutup biaya gaji dan operasional yang harus dikeluarkan.
Marilah kita semua berdoa agar pandemi global covid 19 ini bisa segera teratasi supaya kita bisa hidup tenang kembali di bumi yang kita cintai ini.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Terjadi KDRT di Mobil Saya

Do Yo Want Some Bintang?

Penumpang dari Manakah yang paling Royal Tip?