Borju tapi Pelit

Hari ini tumben sekali saya bisa bangun lebih awal dari biasanya. Setelah bangun saya pun mandi dan bersiap-siap untuk memulai pekerjaan saya dengan mengaktifkan aplikasi online saya. Akhirnya ada trip masuk dengan tujuan ke BICC Nusa Dua. Setelah mengantar penumpang sampai BICC saya memutuskan untuk menunggu orderan sambil leyeh leyeh di pantai Nusa Dua. Cukup lama saya tidak mengunjungi pantai berpasir putih dengan dua pulau kecilnya yang indah ini. Setelah sepuluh menit menikmati desiran angin pantai yang sejuk handphone saya pun berbunyi pertanda ada order masuk. Titik jemputnya adalah di Hotel Ayodya Resort. 

Dari nama penumpang di aplikasi saya bisa menebak dia berasal dari salah satu negara di Asia Selatan pengekspor Sinema Bollywood. Setelah melewati pos security saya masuk areal depan hotel, mata saya tertuju pada patung naga gagah yang menyemburkan air dengan tubuh dan ekornya yang panjang. Meskipun belum pernah menginap di hotel ini saya sangat suka dengan nuansa Bali yang kental dari hotel mewah yang mirip dengan puri/keraton Bali di masa lalu. Saya menunggu sekitar 8 menit akhirnya muncul juga penumpang saya, satu keluarga terdiri dari bapak, ibu dan 2 anak. Anak yang paling besar duduk di samping saya di kursi depan. Setelah konfirmasi tujuannya sudah benar yaitu ke Pura Tanah Lot saya pun memulai perjalanan kami. Saya informasikan bahwa kalau ingin cepat kita bisa melewati tol dengan biaya Rp. 11,500,- dan si ibu bilang "no" tidak usah lewat jalan tol, saya pun menuruti kemauan si ibu tersebut dengan tidak lewat tol dan lewat jalan biasa di By Pass Ngurah Rai. 

Di sepanjang perjalanan saya setel musik dari radio yang sebagian besar memperdengarkan lagu-lagu barat diselingi dengan lagu Indonesia. Lagu "Symphony" dari Clean Bandit berkumandang. Anak laki-laki di samping saya sepertinya suka dengan lagu ini dan menaikkan volume radio keras-keras.  Harmonisasi musik lagu Clean Bandit ini memang enak untuk didengarkan. Setelah itu berganti lagu "Senorita" dari Shawn Mendes dan Camila Cabello, ternyata si anak disamping saya ini juga suka lagu tersebut seraya menambahkan volume radio. Setelah itu lagu berganti dengan lagu Indonesia "Hanya Rindu" dari Admesh Kamaleng, saya sangat suka lagu Admesh yang ini. Tapi tiba-tiba dengan tanpa permisi si anak di samping saya ini mengecilkan volume radio sampai volumenya sangat kecil bahkan hampir tak terdengar. Tanpa merasa bersalah dia pun memainkan lagu Bollywoodnya sendiri dengan volume yang keras sehingga lagu di radio semakin tidak terdengar. Saya hanya mengelus dada dan tersenyum dalam hati dengan kelakuannya yang cukup aneh menurut saya. 

Setelah memasuki jalan Raya Canggu ternyata lalu lintas macet sangat parah. Si bapak yang duduk di belakang bertanya berapa menit lagi sampai Tanah Lot. Saya juga tidak berani memastikan berapa menit lagi bakal sampai di lokasi tujuan. Saya hanya berpatokan pada waktu yang diperkirakan oleh google map. Ternyata lalu lintas memang sedang sangat macet sehingga mobil hanya bergerak meter demi meter ke arah barat. Si bapak dengan muka tidak sabar bertanya kapan sampainya. Cukup jengkel juga saya dengan situasi yang macet seperti ini ditambah dengan tekanan dan sikap yang tidak menyenangkan dari penumpang menambah suasana hati saya semakin tidak enak. Dari raut muka si bapak dan si ibu yang duduk di belakang sangat terlihat dia jengkel dan tidak sabar lagi dengan kemacetan ini.

Akhirnya saya jelaskan bahwa hari ini adalah hari baik buat umat Hindu Bali sehingga banyak perayaan dan upacara di sepanjang jalan yang kita lalui dan menyebabkan kemacetan yang parah. Penumpang saya mungkin sudah capek berdebat dengan saya, dia pun diam dan nggak komplain lagi tetapi muka masamnya tetap tidak berubah. Sedikit demi sedikit kemacetan pun terurai , setelah melewati perempatan Batu Bolong Canggu lalu lintas semakin lancar dan akhirnya kita sampai di gerbang tiket Tanah Lot. Saya jelaskan berapa harga tiket yang harus di bayar, si ibu menghitung hitung dan bertanya ke saya kenapa harga tiket masuknya sangat mahal, meski dia pun membayar dengan jumlah yang diminta tapi sepertinya dia berat melepaskan uang tersebut untuk harga tiket masuk itu. Setelah sampai di parkir saya informasikan jumlah tarip yang harus di bayarkan, si ibu menyerahkan 2 lembar uang ratusan ribu dan saya pun memberikan uang kembalian. Tapi sialnya ternyata saya tidak memiliki uang seribu rupiah. Saya bilang bahwa saya tidak punya uang seribu, si ibu pun mulai menghitung di kalkulator hp nya sambil mencocokkan jumlah yang memang kurang seribu rupiah itu. Why, kenapa bisa segini kembaliannya. Dia pun menghitung ulang dan tidak terima dengan uang kembalian yang saya berikan padanya. Saya pun bertanya apakah dia punya uang seribu rupiah biar nanti saya kembalikan dua ribu rupiah. Ternyata dia tidak punya uang seribuan dan tetap ngotot minta kembalian yang pas sesuai tarifnya. Daripada urusan kecil ini semakin panjang akhirnya saya kasih uang dua ribuan ke si ibu tersebut. Transaksi pun selesai dan semua penumpang saya turun dari mobil. Saya hanya membayangkan mereka pulangnya akan kesulitan order taxi online karena di kawasan ini kita tidak boleh melakukan penjemputan penumpang. Yang tersedia adalah transportasi lokal dengan harga bisa 2 atau 3 kali lipat dari tarip taxi online.


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Terjadi KDRT di Mobil Saya

Do Yo Want Some Bintang?

Penumpang dari Manakah yang paling Royal Tip?