Pilih Lewat Kampung Terpencil atau Kuburan

Saya bukanlah orang yang pemberani. Saya tipikal orang yang penakut terhadap hal-hal yang berbau mistik. Sejak kecil saya hidup di kampung yang sebagian masyarakatnya percaya akan eksisnya hantu di malam hari. Malam Jumat legi menurut kepercayaan masyarakat Jawa adalah malam yang paling keramat. Selain itu malam Jumat Kliwon juga termasuk malam yang cukup diperhitungkan kekeramatannya. Hal ini terjadi akibat pengaruh film "Malam Jumat Kliwon" yang dibintangi oleh Sang Ratu Horror Almarhumah Suzanna. Dalam film tersebut tersaji betapa menakutkannya kejadian-kejadian yang terjadi di malam jum'at tersebut. Macam-macam hantu seperti genderuwo, pocong, kuntilanak, glundung plecek, memedi bandhoso, jerangkong dan lain-lain kadang masih terbersit di kepala saya meski sampai usia setua ini. Memori tentang cerita-cerita hantu dan kawan-kawannya tersebut mendadak bisa muncul kembali saat saya mengemudi sendirian. Apalagi di jalan yang sepi di malam hari ada perasaan aneh, merinding dan ketakutan yang membuat saya panik dan keluar keringat dingin secara tiba-tiba.

Seperti pernah saya ceritakan di bagian lain di buku ini. Saat perjalanan malam hari di salah satu desa di Bangli yang sepi membuat saya benar-benar takut dan banjir keringat dingin di sekujur tubuh saya saat itu. Di desa yang tenang dan sepi kebanyakan masyarakatnya adalah petani yang sudah tidur di sore hari. Berbeda dengan orang-orang kota yang kadang sampai tengah malam pun masih terjaga. Jam 9 malam orang yang tinggal di kampung kebanyakan sudah tidur sehingga saat malam suasana desa akan terlihat sepi dan lengang. Ini akan menjadi masalah tersendiri buat saya jika malam-malam saya harus mengantarkan penumpang menuju ke kampung yang terpencil.

Selain di Bangli pernah sekali lagi saya mengantarkan penumpang saya seorang bule dari Amerika yang tinggal di jalan kecil di daerah Labuansait Pecatu. Lokasi tempat tinggalnya sebenarnya adalah hotel bagus tapi lokasinya sangat terpencil. Saat itu bahkan lewat tengah malam diatas jam 12 saya mendapatkan orderan penumpang dari salah satu villa cantik berlokasi di atas tebing di Uluwatu. Begitu tau titik tujuannya saya pun melakukan pengecekan di google map. Saya mengernyitkan dahi saya beberapa kali dan agak ragu antara melanjutkan atau membatalkan tripnya. Saya tau lokasi tersebut terpencil karena saya pernah mencoba melewati jalan itu di siang hari. Saya adalah tipikal orang yang selalu ingin tau tentang sesuatu. Saat siang hari jika dihadapkan dengan dua pilihan jalan pasti saya memilih jalan yang belum pernah saya lewati sebelumnya. Saya selalu ingin tau sebenarnya ada apa saja sih di sepanjang jalan itu. Hal ini sebenarnya cukup bagus jika suatu saat kita melewati jalan itu lagi kita bisa memilih jalan yang terbaik dan tercepat. 
Kembali kepada penumpang saya, titik antarnya adalah jalan kecil dan masuk jauh di jalan Batukandik, Pecatu. Saat siang hari pemandangannya memang indah dengan jalan kecil berkelok-kelok naik turun dan banyak tikungan tajam. Di salah satu spot kita bisa melihat bentangan lautan di Samudera Hindia yang cukup spektakuler. Tetapi daerah tersebut masih sangat jarang penduduknya. Rumah-rumah lokasinya berjauhan dan hanya semak belukar yang ada. Kadang-kadang masih ada pura di bawah satu pohon besar atau di dekat jembatan di jalan tersebut. Tapi saat malam hari keadaannya pasti sangat sepi dan sangat jarang ada orang yang lewat. Yang ada hanyalah semak-semak, pura yang cantik di siang hari, pohon-pohon besar dengan jalan naik turun dan belokan-belokan yang tajam.

Saat bimbang tersebut akhirnya ada telepon masuk dari penumpang saya Miss Lauren. Dia menanyakan bisa jemput dia atau tidak. Akhirnya saya pun memberanikan diri untuk menjemput penumpang saya itu. Senyum gembira penumpang saya terlihat jelas saat saya sampai di villa tempat dia menunggu kedatangan saya.

"Hello.. how are you" sapa dia dengan ramah
"I am fine, thank you" jawab saya

Akhirnya penumpang saya masuk mobil. Dia bercerita bahwa sudah lebih dari dua jam order taxi online tetapi tidak menemukan pengemudi satu pun yang online. Saya pun mengatakan bahwa di daerah Pecatu ini memang tidak banyak driver yang online. Bukan karena tidak ada penumpang tetapi areanya memang sudah di kuasai oleh transport lokal. Saya ceritakan pada beliau kalau kita menjemput dan ketahuan mereka kita bisa-bisa dikeroyok dan akan mendapat masalah dari mereka. Dia pun membenarkan apa yang saya katakan padanya karena pernah punya pengalaman drivernya hampir dikeroyok oleh local transport disana. Saya menyarankan pada Miss Lauren untuk belajar naik motor supaya bisa gampang untuk pergi kemana-mana. Dia hanya tersenyum dan menjawab kalau dia tidak berani naik motor. 
Perjalanan pun memasuki jalanan kecil tepat persis seperti yang saya bayangkan beberapa menit sebelum saya menjemput penumpang saya tadi. Jalanan naik turun berbelok belok dan sesekali melewati sebuah jembatan kecil. Setelah melewati beberapa belokan tajam akhirnya sampailah kita ke hotel penumpang saya. Hotelnya cukup bagus dengan penerangan temaram karena waktu memang sudah larut malam.

Setelah berpamitan pada Miss Lauren saya pun berkendara sendiri dan hanya di temani oleh lagu-lagu yang saya setel di radio. Sengaja saya dengar musik keras-keras supaya saya tetap bersemangat. Hal yang terpenting adalah saya tetap berani dan punya nyali untuk kembali pulang ke Denpasar. Di saat sendiri di malam hari melewati jalanan sepi begini tak pernah sekalipun saya berani menoleh ke kabin belakang ataupun sekedar melihat kaca spion di atas kepala saya. Hal ini terjadi karena saya pernah diberitahu oleh seorang teman bahwa dia pernah mengalami syok berat saat mengemudi sendirian. Tiba-tiba dia melihat ada orang yang duduk di jok belakang beberapa saat lalu menghilang. Entah benar atau tidak pengalaman teman saya itu, yang jelas apa yang dia ceritakan biasanya tiba-tiba bisa muncul mendadak saat saya mengalami kondisi jalanan sepi dan sendiri seperti sekarang ini. 

Saya seperti merasakan bayangan pohon-pohon ikut berjalan mengejar saya saat saya menyetir sendiri di kesunyian malam itu. Tak ada satupun kendaraan yang berpapasan dengan saya. Siang hari pun sebenarnya jarang orang yang melewati jalanan kecil ini, apalagi malam hari. Saya merasakan ada sesuatu teronggok berwarna hitam gelap di sebelah kanan depan jalan saya. Tapi saya tidak memiliki keberanian untuk menoleh bayangan hitam itu. Pedal gas pun saya tekan kuat supaya saya bisa cepat sampai di jalan raya Labuansait. Setelah melewati jembatan kecil dan satu tanjakan akhirnya sampai juga saya ke jalan raya. Saya pun beristirahat sebentar mengambil tissue untuk mengelap leher dan kening saya yang berkeringat.

Pernah di lain waktu saya menerima order dengan tujuan ke daerah Mumbul. Saat itu malam hari sekitar jam setengah sebelas malam. Tanpa curiga saya pun mengantar penumpang saya ke rumahnya. Di tengah jalan ternyata kami harus melewati kompleks pemakaman dan sebuah krematorium. Sontak saya takut dan agak ragu memasuki gerbang jalan masuk perumahan itu. Penumpang saya pun mengetahui ketakutan saya. Mereka berusaha membesarkan hati saya bahwa tidak ada apa-apa di jalan itu. Mereka sering lewat di sana saat pulang kerja di malam hari tapi tidak pernah ketemu hantu atau apa pun yang menakutkan. Mendengar penjelasan mereka saya pun berusaha untuk tetap tenang. Setelah mengantarkan penumpang, saya pun harus kembali melewati jalan yang diapit oleh pemakaman dan krematorium itu. Suasana pun sepi tak ada papasan dengan kendaraan lain. Badan saya tegak kedua tangan kaku memegang kemudi dan pandangan saya hanya lurus ke depan. Tak ada keberanian untuk menoleh ke bangunan makam di samping kiri atau kanan saya. Pun tak ada keberanian menoleh ke arah kaca spion mobil. Pandangan saya hanya lurus dan kecepatan mobil terus saya tambah. Untunglah jalan utama By Pass Ngurah Rai tidak terlalu jauh. Akhirnya saya pun bisa melewati pemakaman dengan selamat tak kurang suatu apa. 








Komentar

Postingan populer dari blog ini

Terjadi KDRT di Mobil Saya

Do Yo Want Some Bintang?

Penumpang dari Manakah yang paling Royal Tip?