Sabar Nak, Jangan Lahir di Mobil Saya

Kejadian mendebarkan itu terjadi sekitar dua tahun lalu. Saya tidak menyangka mendapatkan penumpang seorang wanita yang tengah hamil tua dan sudah kontraksi siap melahirkan. Dalam perjalanan pun saya dan ibu wanita muda itu berusaha menenangkan mbak si calon ibu tersebut.
Rintihan dan teriakan keras di mobil saya sebenarnya membuat saya ikut-ikutan panik dan sedikit tertekan. Namun saya berusaha untuk tetap tenang mengemudi supaya cepat sampai di puskesmas tempat persalinannya.

Setengah jam sebelumnya saya mendapatkan orderan di daerah Kesambi. Sebelum saya memulai chat di aplikasi ternyata langsung ada telepon masuk dari seorang wanita meminta saya segera menjemput karena anaknya sudah mau melahirkan. Saya pun segera berangkat dan dengan cepat sudah sampai di lokasi penjemputan. 

Lamat-lamat saya mendengar rintihan dan teriakan kesakitan dari dalam rumah kos tersebut. Seorang wanita yang sedang hamil besar dipapah oleh seorang ibu datang  dengan tergopoh-gopoh ke arah mobil saya. Dengan cepat saya bukakan pintu untuk penumpang saya. Setelah memasukkan beberapa perlengkapan mereka ke bagasi akhirnya saya memulai trip dengan perasaan campur aduk tak karuan. Saya tidak bisa membayangkan jika penumpang saya terlanjur melahirkan sebelum sampai Puskesmas BKIA. Apa yang harus saya lakukan. Saya pasti akan bingung dan pusing tujuh keliling jika kejadian itu benar-benar terjadi. Saya pun ikut berdoa semoga si adik bayi tidak keburu lahir sebelum sampai di puskesmas.

 Sebelum memulai trip sebenarnya saya sudah menyarankan si ibu untuk memesan ambulance saja biar mobilnya lebih nyaman. Tetapi mereka tidak mau dan ingin saya yang mengantarkan mereka ke tempat persalinan.

Siang itu cuaca sangat panas dan beberapa lampu merah yang kita lewati lumayan macet jadi terasa lama sekali perjalanannya. Di sepanjang jalan tak henti-hentinya saya mendengar rintihan dan teriakan, bahkan penumpang saya itu pun mulai menangis karena menahan sakit. Posisi duduk juga berubah-ubah untuk mengalihkan rasa sakit yang dia rasakan. Si ibu wanita ini dengan sabar memberikan saran dan nasehat supaya si calon ibu ini kuat dan tetap tersadar supaya persalinannya nanti lancar.

"Tahan... Tahan.. istigfar.. istigfar nak.. sebentar lagi sampai kok".. sahut si ibu sambil mengusap-usap kening anaknya..

"Aduuh sakit sekali Bu.. Aku sudah tak tahan lagi".. teriak panik Mbak yang mau melahirkan itu..

"Mas, bisa tolong lebih cepat lagi ya" kata si Ibu meminta saya supaya mengemudi lebih cepat lagi..

"Iya Bu.. ini saya sudah berusaha secepat mungkin.. Sabar ya..." jawab saya.

Sebenarnya tadi kita sempat melewati Rumah Sakit Bersalin Permata Hati, saya mau mengantar ke sana tetapi ibunya menolak karena dia sudah punya puskesmas sendiri tetapi lokasinya cukup jauh. Setelah melewati jalan Teuku Umar lalu lintas mulai lancar dan saya pun bisa menekan gas mobil dengan maksimal. 

Ternyata Puskesmas BKIA berada di jalur satu arah, jadi seharusnya kita memutar dari arah jalan Diponegoro. Tetapi si ibu dengan panik meminta saya untuk menerobos jalan tersebut. Ibu itu tau karena anaknya sudah dekat lagi diujung mau melahirkan. Untunglah jarak puskesmas tidak jauh dari jalan utamanya. Dengan lega akhirnya kita sampai di puskesmas BKIA. Saya pun berlari masuk ke dalam puskesmas untuk meminta pertolongan pada perawat yang sedang jaga. Dengan sigap dua perawat segera menaikkan si calon ibu dan membawanya masuk ke ruang bersalin. Saya dan Si Ibu menarik napas lega akhirnya kita bisa sampai puskesmas tepat pada waktunya. Ibu pun masuk ke ruang bersalin dengan tergesa. Setelah beberapa saat kemudian dari jauh terdengar suara bayi menangis cukup kencang. Dalam hati saya berucap "Terimakasih Nak, sudah mau bersabar tidak terlahir di mobil saya dan kamu bisa terlahir di tempat yang semestinya". 




Komentar

Postingan populer dari blog ini

Terjadi KDRT di Mobil Saya

Do Yo Want Some Bintang?

Penumpang dari Manakah yang paling Royal Tip?